SMA Negeri Bali Mandara, Buleleng terus saja menorehkan prestasi membanggakan. Kali ini, SMAN Bali Mandara tampil sebagai juara umum Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Berrawal dari rasa penasaran itu, guru pembina mereka di SMAN Bali Mandara, I Kadek Yuli Artama, kemudian mencoba memadukan ide kedua siswanya yang berasal dari jurusan berbeda ini. Radikia Prasanta yang merupukan siswa jurusan IPA, diberikan kelelusaan merangkai komponen dan kabel yang dibutuhkan alat ‘BMG Mini’ tersebut. Sedangkan Satria Suarima Putra yang siswa jurusan IPS, memberikan panduan mengenai Ilmu Bumi dan Gerografi.
“Sebenarnya, ada banyak tim di SMAN Bali Mandara yang ikut seleksi ke ajang OPSI ini. Namun, yang lolos tim Radikia Prsanta dan Satria Suarima Putra, dengan alat pengukur kelembaban tanah dan cuaca. Kami hanya punya waktu empat bulan selesaikan alat tersebut untuk ikuti ajang OPSI di Jakarta, karena kagiatan di sekolah sangat padat,” ungkap sang guru pembina, Kadek Yuli Artama, yang hari itu ikut mendampingi Radikia Prasanta dan Satria Suarima Putra saat NusaBali berkunjung ke SMAN Bali Mandara.
Dari berbagai ujicoba inovasi, akhirnya terciptalah alat yang diberi nama ‘Digital Smart Pshycrometer’ berbasis teknologi mikrontoler yang disebut ‘BMG Mini’ tersebut. Alat ini mampu memprediksi perkembangan cuaca dalam beberapa jam (tergantung rutinitas pengamatan), dengan radius 10 kilometer dari titik alat ditempatkan. Alat ini juga mampu mengukur kelembaban tanah, sehingga memudahkan petani menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam.
Peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan dua siswa SMAN Bali Mandara ini berbentuk kotak berukuran 20 cm x 25 cm, sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Komponen utama alat tersebut adalah micro controler adruino, sebagai sensor suhu LM 35, pendeteksi suhu lingkungan sekitar. Alat ini memakai sumber daya kelistrikan dari power bank, dengan tiga lampu (led) dan LCD kecil sebagai sensor. Alat ini juga dilengkapi alarm, sebagai petunjuk akan turun hujan---ketika alarm berbunyi.
Cara kerja peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan Radikia Prasanta dan Satria Suarima Putra ini, satu lampu mengintruksikan hidup matinya alat, kemudian dua lampu lainnya masing-masing sebagai sensor suhu udara basah dan kering. Selanjutnya, kelembaban dan tekanan udara yang dihitung selama 1 jam, bisa dijadikan pedoman perubahan udara selama 24 jam ke depan.
Ketika pengukuran dilakukan pagi pukul 08.00 Wita, didapatkan data suhu udara kering 26,67 derajat celcius dan udara basah 22,00 derajat celcius. Dari suhu udara kering dikurangi suhu udara basah, maka didapat hasil suhu udara antara basah dan kering 4,67 derajat celcius. Maka suhu udara nanti diprediksi suhu kering 28 derajat celcius dan suhu basah 6 derajat celcius.
Menurut Satria Suarima Putra, dari kelayakan ekonomis, peralatan ‘BMG Mini’ ini sangat murah. “Sebab, biaya pembuatan teknologi masa depan ini hanya membutuhkan dana sebesar Rp 311.916 per unit,” jelas Suariama Putra diamini rekannya, Made Radikia Prasanta.
Bukan hanya Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra yang berjaya di ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016, hingga mengantarkan SMAN Bali Mandara tampil sebagai juara umum. Dua siswa SMAN Bali Mandara lainnya, Muhammad Ali Wafa dan Ni Kadek Aprilia Dewi, juga sukses meraih medali emas Bidang Matematika dan Rekayasa, berkat hasil penelitian melestarikan kearifan seni dan kebudayaan Bali dalam hal penguasaan teknik magambel berbantuan teknologi portable.
Selain di ajang OPSI 2016, para peneliti muda dari SMAN Bali Mandara juga diakui di ajang National Young Inventor Award (NYIA) 2016 yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam ajang NYIA ini. SMAN Bali Mandara meraih penghargaan ‘Special Award’ dari Intel, berkat hasil penelitian Smart Trash Can berupa pemilahan sampah secara otamatis dalam upaya mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Penelitian ini yang dilakukan dua siswa SMAN Bali Mandara, yakni I Gede Herry Arum Wijaya dan Ni Putu Gita Naraswati.
Made Radikia Prasanta yang sukses menciptakan peralatan ‘BMG Mini’ merupakan siswa kelahiran Singaraja, Buleleng, 8 Februari 2000. Sebelum diterima masuk ke sekolah unggulan SMAN Bali Mandara, anak dari I Ketut Wardamawan dan Ni Nyoman Gunasih ini sekolah SMP Harapan Nusantara Denpasar.
Sedangkan Bagus Putu Satria Suarima Putra merupakan siswa kelahiran Seririt, Buleleng, 21 Januari 2000. Sebelum diterima masuk ke sekolah unggulan SMAN Bali Mandara, anak dari pasangan I Made Arimawa dan Ni Putu Suartini ini sekolah SMP Negeri i Seririt.
“Sebenarnya, ada banyak tim di SMAN Bali Mandara yang ikut seleksi ke ajang OPSI ini. Namun, yang lolos tim Radikia Prsanta dan Satria Suarima Putra, dengan alat pengukur kelembaban tanah dan cuaca. Kami hanya punya waktu empat bulan selesaikan alat tersebut untuk ikuti ajang OPSI di Jakarta, karena kagiatan di sekolah sangat padat,” ungkap sang guru pembina, Kadek Yuli Artama, yang hari itu ikut mendampingi Radikia Prasanta dan Satria Suarima Putra saat NusaBali berkunjung ke SMAN Bali Mandara.
Dari berbagai ujicoba inovasi, akhirnya terciptalah alat yang diberi nama ‘Digital Smart Pshycrometer’ berbasis teknologi mikrontoler yang disebut ‘BMG Mini’ tersebut. Alat ini mampu memprediksi perkembangan cuaca dalam beberapa jam (tergantung rutinitas pengamatan), dengan radius 10 kilometer dari titik alat ditempatkan. Alat ini juga mampu mengukur kelembaban tanah, sehingga memudahkan petani menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam.
Peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan dua siswa SMAN Bali Mandara ini berbentuk kotak berukuran 20 cm x 25 cm, sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Komponen utama alat tersebut adalah micro controler adruino, sebagai sensor suhu LM 35, pendeteksi suhu lingkungan sekitar. Alat ini memakai sumber daya kelistrikan dari power bank, dengan tiga lampu (led) dan LCD kecil sebagai sensor. Alat ini juga dilengkapi alarm, sebagai petunjuk akan turun hujan---ketika alarm berbunyi.
Cara kerja peralatan ‘BMG Mini’ ciptaan Radikia Prasanta dan Satria Suarima Putra ini, satu lampu mengintruksikan hidup matinya alat, kemudian dua lampu lainnya masing-masing sebagai sensor suhu udara basah dan kering. Selanjutnya, kelembaban dan tekanan udara yang dihitung selama 1 jam, bisa dijadikan pedoman perubahan udara selama 24 jam ke depan.
Ketika pengukuran dilakukan pagi pukul 08.00 Wita, didapatkan data suhu udara kering 26,67 derajat celcius dan udara basah 22,00 derajat celcius. Dari suhu udara kering dikurangi suhu udara basah, maka didapat hasil suhu udara antara basah dan kering 4,67 derajat celcius. Maka suhu udara nanti diprediksi suhu kering 28 derajat celcius dan suhu basah 6 derajat celcius.
Menurut Satria Suarima Putra, dari kelayakan ekonomis, peralatan ‘BMG Mini’ ini sangat murah. “Sebab, biaya pembuatan teknologi masa depan ini hanya membutuhkan dana sebesar Rp 311.916 per unit,” jelas Suariama Putra diamini rekannya, Made Radikia Prasanta.
Bukan hanya Made Radikia Prasanta dan Bagus Putu Satria Suarima Putra yang berjaya di ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2016, hingga mengantarkan SMAN Bali Mandara tampil sebagai juara umum. Dua siswa SMAN Bali Mandara lainnya, Muhammad Ali Wafa dan Ni Kadek Aprilia Dewi, juga sukses meraih medali emas Bidang Matematika dan Rekayasa, berkat hasil penelitian melestarikan kearifan seni dan kebudayaan Bali dalam hal penguasaan teknik magambel berbantuan teknologi portable.
Selain di ajang OPSI 2016, para peneliti muda dari SMAN Bali Mandara juga diakui di ajang National Young Inventor Award (NYIA) 2016 yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam ajang NYIA ini. SMAN Bali Mandara meraih penghargaan ‘Special Award’ dari Intel, berkat hasil penelitian Smart Trash Can berupa pemilahan sampah secara otamatis dalam upaya mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Penelitian ini yang dilakukan dua siswa SMAN Bali Mandara, yakni I Gede Herry Arum Wijaya dan Ni Putu Gita Naraswati.
Made Radikia Prasanta yang sukses menciptakan peralatan ‘BMG Mini’ merupakan siswa kelahiran Singaraja, Buleleng, 8 Februari 2000. Sebelum diterima masuk ke sekolah unggulan SMAN Bali Mandara, anak dari I Ketut Wardamawan dan Ni Nyoman Gunasih ini sekolah SMP Harapan Nusantara Denpasar.
Sedangkan Bagus Putu Satria Suarima Putra merupakan siswa kelahiran Seririt, Buleleng, 21 Januari 2000. Sebelum diterima masuk ke sekolah unggulan SMAN Bali Mandara, anak dari pasangan I Made Arimawa dan Ni Putu Suartini ini sekolah SMP Negeri i Seririt.
Sumber: http://www.nusabali.com/berita/8025/siswa-sman-bali-mandara-ciptakan-alat-bmg- mini/halaman/2
good,, hak patennya cepat dicari agar bisa dimanfaatkan
ReplyDelete